Sejarah Desa Bancak Kab. Semarang
Desa Bancak menurut cerita turun temurun yang berkembang di masyarakat, dahulunya wilayah Desa Bancak merupakan hutan belantara. Pada saat itu ada 2 (dua) orang yang tidak dikenal datang kehutan tersebut untuk membuka hutan / babat alas, yaitu hutan Bogo dan Hutan Kuncen.
Bogo dalam bahasa jawa yang berarti bukakan dan Kuncen memiliki arti kunci, perpaduan dua kata tersebut memiliki makna Kunci pertama dibuka yaitu Bogo dan Kuncen. Seiring dengan perkembangan wilayah tersebut dibuatlah nama 2 (dua) makam yaitu makam Bogo dan makam Kuncen untuk melestarikan nama tersebut.
Kemudian 2 (dua) orang tersebut pindah ke utara yang sekarang disebut dengan sebutan dusun Gentho. Kenapa dinamakan dusun Gentho, Karena pada saat itu tempat yang didatangi merupakan tempat persembunyian orang – orang jahat ataupun para pencuri yang disebut Gentho. Pada akhirnya 2 (dua) orang tidak dikenal tersebut berselisih pendapat dengan para pencuri dan juga orang – orang jahat yang ada. 2 (dua) orang tidak dikenal tersebut berebut kebenaranpendapat dengan orang –orang jahat dan para pencuri yang ada. Dan tidak menemukan kesepakatan ataupun perssatuan pendapat antara dua belah pihak. Oleh karena itu wilayah tersebut dinamai dengan Gentho, yaitu Dusun Gentho.
Dalam cerita tersebut kedua belah pihak tidak dapat memperoleh kesepakatan ataupun persamaan pendapat, antara 2 (dua) orang tidak dikenal dengan gentho-gentho tersebut. Karena tidak adanya persamaan pendapat akhirnya kedua belah pihak melanjutkan perjalanan kesebelah barat. Selang beberapa lama mereka akhirnya bertemu dengan 2 (dua) orang yang tidak dikenal. Setelah itu, 2 (dua) orang tidak dikenal tersebut mendamaikan kedua belah pihakyang berbeda pendapat.

Setelah beberapa waktu berembug/bermusyawarah, pada akhirnya kedua belah pihak tersebut dapat berdamai atau menyatukan pendapat. Setelah terjadi persamaan pendapat kedua belah pihak mengadakan Encengan/Slametan dengan aneka makanan. Encengan/slametan tersebut diiringi dengan acara “Gendhong Ancak” yaitu seni membuat miniatur barang/ tempat untuk menyemarakan acara, sampai sekarang Ancakan/Gendhong Ancak menjadi tradisi tiap setiap tahunya yang diadakan setiap selesai panen.

Nama Ancakan/Gendhong Ancak tersebut juga dapat disebut dengan nama Merti Dusun, yang diperingati setiap tahun sekali pada hari Selasa Pahing. Seiring dengan tradisi dari kata "ancakan" tersebut maka lahirlah nama Desa Bancak.